Ekonomi Stagnan 5 Persen, Begini Pesan Akademisi UI ke Pemerintah Baru
KORPORAT.COM, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) menyatakan bahwa Indonesia sangat membutuhkan sumber pertumbuhan baru.
Disebutkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanya tumbuh 5,05% pada 2023. Hasil itu didapat dari pertumbuhan di kuartal I yang sebesar 5,03%, kuartal II sebesar 5,17%, kuartal III sebesar 4,94%, dan kuartal IV yang sebesar 5,04%.
“Kinerja pertumbuhan ekonomi yang sangat bergantung pada siklus bisnis dan harga komoditas,” kata LPEM UI dalam risalahnya hari ini, Selasa (16/1/2024).
Tercatat, pertumbuhan di kuartal ketiga tahun lalu sebagai pertumbuhan triwulanan terendah sejak kuartal IV 2016 (tidak termasuk periode COVID-19 pada 2020 dan 2021).
Di sisi lain, Indonesia mempunyai cita-cita untuk menjadi negara maju yang masyarakatnya berpendapatan tinggi pada tahun 2045.
“Untuk mencapai target itu diperlukan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi (sekitar 6% hingga 7%) dan jauh melampaui tingkat saat ini,” ungkap LPEM UI.
Oleh karenanya, diperlukan reindustrialisasi dan peningkatan produktivitas yang signifikan. Namun, proses reindustrialisasi dan peningkatan produktivitas merupakan proses jangka menengah dan panjang karena sifat strukturalnya dalam perekonomian.
“Atas dasar itu, reformasi struktural perlu terus dilakukan dan tetap menjadi prioritas bagi pembuat kebijakan. Pemilihan umum mendatang akan menghasilkan pemerintahan baru dan pemerintahan berikutnya tidak boleh kehilangan fokus pada isu produktivitas dan reindustrialisasi,” tulis laporan akademisi UI tersebut.
Sebelumnya, pemerintah yang diwakili oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kunci pertumbuhan ekonomi tinggi adalah dengan meningkatkan angka rasio investasi terhadap PDB atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Menurut dia, level ICOR Indonesia saat ini masih cukup tinggi, yaitu di skala 6.
“Kalau kita bisa turunkan ke 4 maka pertumbuhan kita bisa naik ke 6% atau 7%," tutur dia.
Airlangga menganggap kalau tingginya level ICOR Indonesia cukup wajar lantaran pemerintah masih dalam proses pembangunan secara masif.
"Infrastruktur itu tidak langsung (jadi) tapi itu memakan waktu. Jadi saat infrastruktur semua terbangun kemudian kita punya logistik yang lebih baik maka kita bisa menggenjot pertumbuhan (yang sejalan) dengan perbaikan ICOR," kata dia.
Sebagai informasi, Incremental Capital Output Ratio adalah ukuran efisiensi yang dimiliki sebuah negara. Apabila negara tersebut memiliki angka ICOR yang semakin rendah, maka menunjukan efisiensi dan biaya investasi yang semakin baik.
Komentar (0)
Login to comment on this news